CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Saturday, November 22, 2008

Tarian Ritual Pulau Dewata

29/12/2002 15:33 - PotretKecak, Tarian Ritual Pulau DewataLiputan6.com, Badung: Cak, cak, cak, caki>.... Bak paduan suara atau koor yang kompak, puluhan orang berteriak sambil menggerakkan tubuh untuk mengiringi pementasan tarian. Teriakan khas para penari yang bisa berjumlah puluhan orang ini adalah bagian terpenting dari sebuah pertunjukan. Tak hanya berperan sebagai blocking pementasan, tapi teriakan ini juga menjadi musik pengiring tarian melalui lantunan suara dengan tehnik acapela. Uniknya, iringan suara khas terus berlanjut hingga pertunjukan kesenian tradisional ini usai. Suara khas yang membuat tarian asal Pulau Dewata kerap disebut Tari Kecak.Awalnya, tarian ini adalah bagian dari Tari Sakral Sang Hyang, yang menggambarkan seseorang yang tengah kerasukan sambil menyampaikan pesan dari para dewa atau para leluhur. Namun, sejak tahun 1930-an, tarian ini berubah menjadi kesenian tradisional tersendiri yang menyajikan sendratari dengan latar belakang cerita Ramayana. Cerita Romeo dan Juliet versi masyarakat Hindu ini menceritakan dua sejoli Rama dan Shinta dengan bungkus falsafah kebajikan melawan kejahatan. Kisah cinta klasik yang menjadi inti Tari Kecak ini bermula dari diculiknya kekasih Rama, Shinta oleh Rahwana yakni seorang raksasa jahat. Namun, layaknya cerita yang berlatar belakang norma-norma kehidupan, kebajikan kerap mampu mengalahkan kejahatan. Akhirnya, dengan bantuan bala tentara kera yang dipimpin Hanoman, Rama pun dapat menaklukkan Rahwana dan membawa kembali sang kekasih tercinta.Biasanya, sebelum pertunjukan dimulai, diawali dengan kegiatan sembahyang di tempat pertunjukan yang dipimpin Pedande, sebutan buat seorang pemuka agama. Ritual singkat ini juga menjadi bagian dari persiapan untuk meminta restu dari Sang Pencipta. Selepas Pedande memberikan pemberkatan dengan air suci yang diperoleh melalui persembahyangan, pertunjukan pun dimulai dengan iringan suara khas para penari pendukung. Pemberkatan seperti ini melambangkan bahwa setiap kegiatan tradisional di daerah Bali identik dengan nilai keagamaan.Bisa dikatakan, pertunjukan Tari Kecak sangat sederhana sekali. Baik mengenai teknik tarian maupun perlengkapan pakaian dan pengiring tarian yang hanya berupa koor. Adapun para penari terdiri dari laki-laki yang jumlahnya hingga ratusan. Pakaian mereka hanya sehelai kain yang dijawatkan, sedangkan bagian atas badan tak memakai apa-apa. Mereka membuat lingkaran beberapa baris. Dan di tengah-tengah mereka, dipasang lampu penerang yang sederhana pula, yaitu lampu minyak kelapa.Semula mereka hanya menggerak-gerakan badan ke kanan dan ke kiri secara ritmis sambil mengucapkan kata-kata: cak, cak, cak, cak, cak.... dengan irama yang perlahan. Lama-lama, iramanya menjadi cepat dengan disertai tangan yang diangkat tinggi serta digetar-getarkan. Suasana seperti itu dibarengi pula dengan suara-suara desis seperti suara kera atau raksasa. Pada saat-saat tertentu, penari-penari kecak yang setengah lingkaran merebahkan diri ke belakang secara serentak dan dilakukan bergantian.Dengan atraksi bernuansa mistis seperti itulah, maka Tari Kecak sangat populer di kalangan masyarakat Bali maupun sebagian turis. Saking populernya, tarian ini kerap dijadikan sebagai mata pencaharian oleh masyarakat setempat. Hal tersebut juga dilakukan warga Desa Pecatu, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung--sekitar 40 kilometer sebelah selatan Denpasar. Sebagian besar warga di desa ini mengandalkan kesenian untuk menghidupi keluarganya. Apalagi, desa ini juga menjadi tujuan wisata turis mancanegara mengingat di desa itu terdapat pura yang menjadi habitat ratusan ekor kera, yakni Pura Uluwatu yang berada tepat di tepi pantai.Uniknya, profesi sebagai pekerja seni sudah dilakoni warga sejak usia dini. Sebut saja, Tita, panggilan akrab sang penari yang memiliki nama lengkap Mustika Saraswati. Tita yang kini duduk di kelas dua sekolah menengah pertama itu menggeluti profesi ini sejak menjadi anggota Sanggar Tari Kecak Karang Bome. Tepatnya, ketika masih duduk di kelas lima sekolah dasar. Untuk sekali pertunjukan, honor yang Tita terima sebagai penari utama Tari Kecak adalah sebesar Rp 100 ribu. Tak heran, dari honor yang didapatnya Tita mampu memiliki sepeda motor dan dapat membiayai sekolahnya.Begitu juga yang dialami seorang warga lainnya, Made. Dari honor yang diterima, pria yang kerap berperan sebagai Hanoman dalam pertunjukan Tari Kecak ini mampu membangun rumah permanen bagi keluarganya. Namun, kini masa-masa tersebut tinggal kenangan seiring menurunnya undangan pertunjukan menyusul peledakan bom, 12 Oktober silam. Made pun harus kembali menyandarkan hidup dari gaji seorang anggota satuan pengamanan sebuah lembaga pendidikan sebesar Rp 500 ribu per bulan. Tragedi Bali, akhirnya menjadi tragedi bagi sebuah seni di daerah tersebut.(ORS/Tim Potret)

2 comments:

Unknown said...

tari kecak adalah tarian asal bali yang perlu dibudidayakan.. JANGAN SAMPE direbut oleh negara lain...

firdhaafirdhii said...

eh mistis bener haha